Mengapa Kita Wajib ‪‎Tolak Miss World‬?

images (1)

Ada 7 alasan utama :

Pertama adalah Alasan Ideologis, yakni bukan sekedar soal bikini, umbar aurat. Tahun 2013 penyelenggara tetapkan sesi pemotretan pakaian pantai pakai kain Bali, tidak terlalu vulgar.  Apapun namanya, kontes kecantikan itu benang merahnya cuma satu: mencari perempuan tercantik fisiknya untuk dieksploitasi. Itu sudah menjadi ideologi kontes kecantikan sejak dulu.  apalagi Miss World, sejarah awalnya memang untuk mencari model pakaian renang alias bikini. Tahun 50an, dinamai Bikini Contest.  Sudah tentu yang dijual adalah kemolekan tubuh para perempuan itu. Kontes kecantikan hanyalah stempel bagi legalisasi eksploitasi tubuh perempuan agar tampak elegan.  Kontes kecantikan menjadikan perempuan dan tubuhnya sebagai barang dagangan di atas panggung, catwalk, majalah, koran, dan televisi. Kecantikan dan tubuh perempuan peserta kontes dijadikan alat promosi industri rating media, industri alat komestik, dan industri fashion.  Jadi kontes ini kita tolak karena  kontes didasari pandangan eksploitasi dan perendahan martabat perempuan. Continue reading

5 Fakta tentang ‪‎Muslim‬ di ‪Kamboja‬

#5 Fakta tentang ‪#‎Muslim‬ di ‪#‎Kamboja‬ | ‪#‎RamadhanSeries‬ : ‪#‎Muslims‬ in ‪#‎Indochina‬
muslimah kamboja#1. Saat ini diperkirakan tidak kurang dari setengah juta penduduk Kamboja yang memeluk agama Islam.
#2. Kamboja termasuk salah satu negara yang paling homogen di dunia, yang hampir seluruhnya terdiri dari etnis Khmer saja, ternyata di dalamnya terdapat etnis Champa yang oleh masyarakat lokal lebih dikenal dengan Khmer Islam. Nenek moyang Kaum Muslim Kamboja merupakan penduduk kerajaan Campa di Vietnam yang menguasai semenanjung Indochina.
#3. Selain etnis Champa, Islam juga dianut oleh sejumlah keturunan Melayu yang menjadi penduduk di Kamboja dan juga para pendatang dari negara-negara yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim.
#4. Saat ini Umat Islam di Kamboja sudah bisa hidup tenang, karena dahulu Muslim Kamboja berada dalam ketakutan ketika pasukan ultrakomunis Khmer menguasai Kamboja pada 1975. Mereka mencabut perlindungan hukum yang diberikan kepada komunitas agama dan berusaha memangkas populasi Islam di wilayah tersebut.
#5. Pada 1979, ketika kekuasaan Khmer jatuh, sekitar 500 ribu Muslim atau sekitar 70 persen dari populasi Muslim di Kamboja dibunuh. Pemerintah Khmer Merah juga menghancurkan masjid, madrasah, mushaf serta melarang kegiatan-kegaiatan keagamaan. Termasuk pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum muslimin di Kamboja

Diolah dari berbagai sumber termasuk dari harian Republika

5 Fakta tentang Islam di Vietnam : Minoritas di Antara Minoritas

5 Fakta tentang ‪#‎Islam‬ di ‪#‎Vietnam‬ : ‪#‎Minoritas‬ di Antara #Minoritas | ‪#‎RamadhanSeries‬ : Muslims di ‪#‎Indocina‬
Muslim Vietnam1. Umat beragama adalah penduduk minoritas di Vietnam. Hasil sensus sepuluh tahun silam menun­jukkan, lebih 80 persen penduduk Vietnam tidak beragama. Vietnam diketahui sebagai negara komunis. Seperti halnya negara komunis lainnya, kegiatan keagamaan pun diatur. Dari minoritas (kurang 20 persen) pemeluk agama, di antaranya penganut Katholik Roma dan Protestan, terutama dari etnis Cao Dai dan Hoa Hao. Sementara penganut Islam adalah minoritas di antara minoritas yang beragama itu, terutama dari cuku Cham (Champa).

2. Secara umum, total populasi Muslim, terutama dari komunitas Cham, di negara yang berpenduduk 86 juta orang itu sekitar 100 ribu orang. Namun, menurut hasil survei yang dilakukan The Pew Research Center pada Oktober 2009, jumlah umat Islam di Vietnam mencapai 71.200 jiwa. Angka itu naik dibandingkan data hasil sensus pada 1999 yang hanya 63.146 jiwa.

3. Kaum Muslim di Vietnam hanyalah sebuah komunitas kecil. Sebagian besar dari mereka tinggal di daerah yang biasa disebut Distrik VIII. Dahulu, ketika wilayah itu masih bernama Saigon, daerah tersebut merupakan tempat generasi keturunan Kerajaan Campa tinggal. Sisa-sisa kerajaan itu masih ada di bagian tengah dan selatan Vietnam. Masyarakat dari kerajaan itu sering disebut sebagai orang-orang Cham.

4.Setelah kemerdekaan Vietnam, terutama selama masa perang (1957-1975), kehidupan orang-orang Islam relatif terisolasi bahkan disisihkan. Nasib mereka bertambah malang setelah perang berakhir dan seluruh Vietnam dikuasai Partai Komunis. Tahun pertama masa Republik Sosialis Vietnam yang ditandai reunifikasi (penyatuan kembali seluruh Vietnam), kehidupan umat Islam makin tertekan. Mereka dilaporkan memang tidak mengalami kekerasan fisik, namun banyak masjid ditutup oleh pemerintah dan orang-orang Islam dilarang berhubungan bahkan berbicara dengan orang asing.

5.Tekanan tersebut membuat banyak di antara penduduk Muslim Vietnam yang kemudian memilih meninggalkan negeri mereka. Setelah berdirinya Republik Sosialis Vietnam pada tahun 1976, tercatat sekitar 55.000 muslim Cham beremigrasi ke Malaysia, dan 1.750 orang lainnya diterima sebagai imigran oleh Negara Yaman. Seorang Muslim bernama Hachot, mengaku dirinya tak merasa menjadi bagian dari masyarakat Vietnam yang lebih luas, meskipun pemerintah telah membantu membangun kembali rumahnya beberapa tahun yang lalu. Menurut dia, sikap kelompok mayoritas etnis Kinh terhadap Cham pun amat beragam. ‘’Beberapa Kinh mengatakan Cham kotor,’’ ujarnya seperti dikutip laman muslimvillage.com. Mereka keberatan dengan sikap Muslim yang mengharamkan daging babi.

Diolah dari berbagai sumber
oleh redaksi Far-Eastern Women’s Voices for the Khilafah

Sejarah Islam di Indocina

Indochina RamadhanIslam di Indochina

Pada abad pertengahan, Indocina dibagi kedalam tiga kerajaan: Annam (Vietnam sekarang), Kampuchea dan Champa. Annam terdiri hanya dataran Tonkin Utara, yakni delta sungai merah. Annam adalah negara buddha. Sementara Kampuchea adalah wilayah kerajaan Hindu yang memiliki wilayah lebih luas daripada yang dimiliki oleh negara Kamboja dewasa ini. Sementara bagian tengah dari Vietnam sekarang, pada waktu itu adalah wilayah kekuasaan Champa.
Wilayah ini pernah mengalami suatu fase yang memerankan peranan pentingd alam perkembangan islam, khususnya di wilayah indocina, baik menyangkut politik maupun ekonomi. Dominasi kaum muslim dalam perdagangan dan upaya penyiaran islam yang amat gencar dilakukan di daerah ini telah membantu menfasilitasi naik pamornya kelompok muslik di Indocina terutama yang berpusat di wilayah kerajaan kampuchea. Di antara wilayah-wliayah indocina lainnya seperti vietnam dan laos, wilayah Kampuchea memiliki peranan dan pengaruh kaum muslim lebih besar, karena beberapa abad sebelumnya di Champa, yang kemudian bergabung dengab kerajaan kampuchea pernah terdapat kesultanan Muslim.
Penduduk muslim kampuchea, sebagaimana kaum muslim lainnya bersifat kosmopolitan. Mungkin karena faktor inilah yang kemudian menjadikan penguasa kampuchea masuk islam di awal abad ke 17. Mayoritas muslim di wilayah ini berasal dari etnis Cham. Sulit dipastikan kapan cham mulai mengenal al Qur’an. Islam memasuki masyarakat Champa diperkirakan pada periode dinasti Zoong di China (960-1280 M). Komunitas muslim cham sudah ada pada abad ke X.
Tampaknya melalui hubungan dengan orang-orang melayu lah Cham menjadi muslim. Setelah kejatuhan negeri pada tahun 1470 oleh kerajaan Annam yang agresif dan selalu melakukan ekspansi dan mengambil seluruh wilayah kerajaan Champa, menyaksikan sebagian komunitas mereka mengungsi ke Kampuchea, dimana mereka semua adalah muslim.
Maka kerajaan Champa ini memiliki pertalian dengan negara Hindu jawa dan malaka. Ketika wilayah ini dikuasai oleh Annam dan ditawarkan memasuki agama islam, memeluk islam secara masal. Hingga akhirnya seperti dijelaskan sebelumnya melakukan emigrasi ke wilayah Kampuchea dan sempat sukses membawakan agama islam kepada elit penguasa kerajaan kampuchea.

Disarikan dari blog http://cerminsejarah.blogspot.com dan buku Ajid Thohir,  Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif etno-Lingusitik dan Geo-Politik

Seminar Wanita Terima Peserta Luar Negara Dan Kerjasama Media

Logo-finalhttp://mykhilafah.com/aksi-muslimah/4187-seminar-wanita-terima-peserta-luar-negara-dan-kerjasama-media

AHAD 7 Julai, BANGI– Buat julung-julung kalinya Pejabat Media Pusat Hizbut Tahrir Asia Tenggara dengan kerjasama Muslimah Hizbut Tahrir Malaysia (MHTM) dan Indonesia (MHTI) telah menganjurkan Seminar Wanita bertajuk “Setahun Telah Berlalu-Siapa Yang Akan Menyelamatkan Wanita dan Kanak-Kanak Rohingya?” .Seminar yang berlangsung di Dewan Serbaguna, Kuala Lumpur Infrastructure University (KLIU) ini telah menghadirkan seramai lima orang ahli panel dan penyampai jemputan dengan pembentangan dan testimoni masing-masing yang mengangkat isu khusus berkaitan pertumpahan darah Muslim Rohingya, sebuah kumpulan etnik minoriti di Wilayah Rakhine, Myanmar. Seminar yang dipancarkan secara langsung dalam empat bahasa iaitu bahasa Malaysia, bahasa Indonesia, bahasa Inggeris dan bahasa Arab ke seluruh Asia Tenggara, Negara-negara Arab dan Eropah ini diadakan pada tarikh sama berlangsungnya mesyuarat Arakan Rohingya Union di Bangunan OIC di Jeddah, Arab Saudi.

Syamsiyah Jamil, Ahli Jawatankuasa Pusat MHTM menyampaikan ucapan pembukaan dengan menjelaskan bahawa etnik Rohingya tidak selayaknya menghadapi penderitaan seperti hari ini kerana tanah Myanmar asalnya adalah tanah umat Islam. Panel pertama, Fika M Komara, Ahli Pejabat Media Pusat Hizbut Tahrir bagi Asia Tenggara pula menegaskan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) hanya melakukan advokasi seperti melepas batuk di tangga namun tidak bersungguh-sungguh menghentikan tindakan kejam yang diperlakukan ke atas etnik minoriti ini. Ujarnya lagi bukan sekadar bantuan dan kebajikan diperlukan, malah isu Rohingya ini perlu ditangani sebagai isu politik dan bukan isu kemanusiaan semata-mata. Panel kedua iaitu Ummu Fadhilah (Ketua MHTI)  menjelaskan tentang kesengsaraan dan kezaliman yang ditimpakan oleh Kerajaan Myanmar terhadap Muslim Rohingya adalah sangat tidak berperikemanusian dan menyalahi hak asasi manusia yang selama ini dilaung-laungkan oleh pejuang demokrasi di negara tersebut.

Sumber : http://mykhilafah.com/aksi-muslimah/4187-seminar-wanita-terima-peserta-luar-negara-dan-kerjasama-media

Ummu Hajar selaku Panel ketiga menjelaskan penderitaan yang dialami oleh Muslim Rohingya khususnya kanak-kanak dan wanitanya seakan dipandang sepi dan tiada langkah sewajarnya diambil oleh pihak yang sepatutnya bertanggungjawab bagi menangani isu ini. Sesungguhnya batas-batas sempadan nasionalisme yang diciptakan oleh Kufar Barat benar-benar telah menyebabkan isu ini dipandang sebagai isu dalaman negara Myanmar semata-mata. Ustazah Iffah Ainur Rachmah (Jurubicara MHTI) selaku panel keempat menjelaskan bahawa hanya penyelesaian yang dibawa oleh Islam sahaja yang mampu mengakhiri episod penderitaan dan kezaliman yang dialami oleh Muslim Rohingya iaitu dengan menegakkan sebuah institusi yang akan menyatukan seluruh negeri-negeri umat Islam di bawah naungan Khilafah. Khalifah sebagai pemimpinnya akan memastikan kemuliaan umatnya akan sentiasa dijamin dan terpelihara dari sebarang bentuk penganiayaan dan kezaliman.

Seruan agar seluruh umat Islam khususnya para peserta seminar agar bangkit untuk bertindak dan berjuang bersama-sama Hizbut Tahrir telah disampaikan oleh Ustazah Sumayyah Amar selaku wakil Pejabat Media Pusat Hizbut Tahrir bagi Malaysia. Laungan takbir sebagai tanda menyahut seruan jelas kedengaran di dewan seminar sekaligus menjadi bukti keazaman tinggi para peserta seminar untuk bersama-sama berjuang ke arah mewujudkan Khilafah Islamiah.

Seminar ini turut diselangselikan dengan sesi temuramah beberapa tokoh selaku peserta seminar, tayangan video dan penyampai jemputan yang membentangkan testimoni dengan memberi gambaran sebenar akan nasib yang menimpa pelarian Muslim Rohingya di Bangladesh. Sidang media bagi menjawab persoalan dari pihak wakil media juga turut diadakan di mana wartawan media cetak dan elektronik hadir untuk mendapatkan liputan dan laporan daripada acara tersebut. Beberapa persoalan juga diutarakan oleh wartawan dan dijawab oleh empat orang ahli panel.

Kehadiran tetamu yang terdiri dari para tokoh masyarakat, golongan professional, pelajar dan orang awam dari dalam dan luar negara juga telah memberikan reaksi yang positif dengan menyatakan perlunya institusi Khilafah sebagai pelindung dan penyelamat umat Islam untuk segera diwujudkan. Sebagai penutup, wakil yang terdiri para tokoh masyarakat dan profesional telah dijemput untuk menandatangani deklarasi bagi menyatakan sokongan mereka terhadap perjuangan Hizbut Tahrir dalam rangka menyelesaikan masalah Muslim Rohingya ini serta komitmen mereka untuk memperjuangkan Islam.